Arema Dari Malang Untuk Indonesa
Tak akan lelah mendukung, meskipun dalam bentuk apapun yang didedikasikan untuk Arema. Tak akan ada habisnya membicarakan tentang satu kata: “Arema”, namun sekarang menjadi dua kata: “Arema Indonesia”. Ya, sejak awal musim ini “Meneer” Robert Rene Alberts yang tak lain adalah pelatih tim berjuluk “Singo Edan” menginginkan adanya perubahan nama dari Arema menjadi Arema Indonesia.
Hal ini disebabkan dengan Arema yang bermarkas di Kota Malang, umumnya publik sepak bola biasa menyebut nama sebuah tim disertai nama kotga atau daerahnya masing-masing. Malang (unlucky) yang mempunyai “arti” lain yakni apes, naas, sial di benak “meneer” Robert mungkin juga mempengaruhi perjalanan AREMA. Bila disimak dari musim-musim sebelumnya mungkin hal itu benar, pada tahun 2000 AREMA berhasil masuk babak 8 besar Liga Indonesia, bahkan 3 kali berturut-turut hingga tahun 2002, tetapi di babak 8 besar itulah superioritas AREMA terhenti dan selalu gagal menembus partai final. Hanya di ajang Piala Indonesia AREMA mampu menjadi juara, yakni berturut-turut tahun 2005 dan 2006.
Hal lain yang menjadi “unlucky” pada Arema Malang dahulu adalah seringnya didzalimi oleh PSSI, induk organisasi sepak bola Indonesia. Setiap ada kesalahan sekecil apapun yang di buat oleh Aremadan supporternya, Aremania, selalu cepat di tindak lanjuti dan langsung di berikan hukuman yang terkesan mengada-ada. Sebagai contoh, dua pemain asing legenda Aremayakni Rodriguez “Pacho” Rubio dan Emile Bertrand Mbamba secara kasar di “usir” dari Indonesia hanya karena sikap temperamentalnya.
Padahal banyak pemain asing di tim-tim lain yang sikap dan perbuatannya juga tidak terpuji, namun hanya hukuman biasa yang di berikan meskipun pelanggaran yang di lakukan sangatlah brutal. Contoh lain adalah hukuman untuk Aremania setelah insiden di Kediri 16 Januari 2008 silam, selang beberapa jam setelah kejadian itu PSSI langsung menghukum Aremania selama 3 tahun tidak boleh mendukung AREMA menggunakan atribut.
Tapi namanya Aremania super kreatif, panutan dan pelopor supporter di Indonesia dapat dengan “cool” menjalani hukuman itu. Terbukti mendukung Arema menggunakan pakaian hitam (sebagai tanda duka cita atas ketidak adilan dan fair play di Indonesia terutama pada Arema) serta bendera merah putih sebagai pengganti syal. Terbukti Indonesia malah terkagum dengan kreatifitas dan atraksi Aremania. Bayangkan sendiri saja, saat Tim Nasional Indonesia bertanding saja seluruh supporter tidak menggunakan atribut bendera merah putih seperti apa yang di lakukan Aremania dalam menjalani hukuman.
Kembali ke awal, pada musim ini hukuman-hukuman itu jarang di terima. Meskipun mendapatkan hukuman tetapi wajar dan tidak mengada-ada serta intensitas hukumannya pun jauh berkurang. Entah karena hilangnya nama “unlucky” itu atau tidak yang jelas Arema dan Aremania saat ini menunjukkan grafik yang signifikan.
Sebagai calon terkuat juara Liga Super Indonesia yang di perkirakan hampir 99% pasti di raih, dan juga telah setengah langkah lagi manjadi yang terbaik di ajang Piala Indonesia.
Tapi di samping faktor “lucky” dan “unlucky” itu tadi, kita semua tentunya patut mengacungi banyak-banyak jempol buat “meneer” Robert. Bagaimana tidak, materi tim Arema seadanya yang didominasi dengan mayoritas pemain usia muda di sulap menjadi tim tangguh bermental juara. Hanya mengandalkan pemain bintang Timnas Singapura, Noh “Along” Alam shah dan Ridhuan Muhammad, serta “alumnus” pemain di piala dunia Pierre Njanka. Arema Indonesia saat ini bahkan malah melahirkan pemain-pemain muda berkualitas yang pantas menjadi bagian dari Tim Nasional Indonesia kelak semacam Kurnia Meiga, Purwaka, Dendy Santoso, Irfan Raditya, Beny Wahyudi dan masih banyak lainnya.
Sekarang yang mesti kita lakukan bersama sebagai Aremania adalah mendukung Arema Indonesia. Entah dengan selalu datang di stadion, atau dengan doa, dan lainnya agar gelar juara bisa di realisasikan secepatnya!!
So, thank you very much mister “Meneer” Robert Rene Alberts!!!!
terima kasih untuk semua awak tim Arema Indonesia
dedikasimu untuk Arema Indonesia secara khusus tak akan terlupakan, serta untuk kemajuan persepak bolaan Indonesia pada umumnya..
“Peace with football, damai dengan bola,” (slogan Robert Rene Alberts untuk Indonesia)
“Salam satu jiwa” dari Arema untuk Indonesia tercinta…
Hal ini disebabkan dengan Arema yang bermarkas di Kota Malang, umumnya publik sepak bola biasa menyebut nama sebuah tim disertai nama kotga atau daerahnya masing-masing. Malang (unlucky) yang mempunyai “arti” lain yakni apes, naas, sial di benak “meneer” Robert mungkin juga mempengaruhi perjalanan AREMA. Bila disimak dari musim-musim sebelumnya mungkin hal itu benar, pada tahun 2000 AREMA berhasil masuk babak 8 besar Liga Indonesia, bahkan 3 kali berturut-turut hingga tahun 2002, tetapi di babak 8 besar itulah superioritas AREMA terhenti dan selalu gagal menembus partai final. Hanya di ajang Piala Indonesia AREMA mampu menjadi juara, yakni berturut-turut tahun 2005 dan 2006.
Hal lain yang menjadi “unlucky” pada Arema Malang dahulu adalah seringnya didzalimi oleh PSSI, induk organisasi sepak bola Indonesia. Setiap ada kesalahan sekecil apapun yang di buat oleh Aremadan supporternya, Aremania, selalu cepat di tindak lanjuti dan langsung di berikan hukuman yang terkesan mengada-ada. Sebagai contoh, dua pemain asing legenda Aremayakni Rodriguez “Pacho” Rubio dan Emile Bertrand Mbamba secara kasar di “usir” dari Indonesia hanya karena sikap temperamentalnya.
Padahal banyak pemain asing di tim-tim lain yang sikap dan perbuatannya juga tidak terpuji, namun hanya hukuman biasa yang di berikan meskipun pelanggaran yang di lakukan sangatlah brutal. Contoh lain adalah hukuman untuk Aremania setelah insiden di Kediri 16 Januari 2008 silam, selang beberapa jam setelah kejadian itu PSSI langsung menghukum Aremania selama 3 tahun tidak boleh mendukung AREMA menggunakan atribut.
Tapi namanya Aremania super kreatif, panutan dan pelopor supporter di Indonesia dapat dengan “cool” menjalani hukuman itu. Terbukti mendukung Arema menggunakan pakaian hitam (sebagai tanda duka cita atas ketidak adilan dan fair play di Indonesia terutama pada Arema) serta bendera merah putih sebagai pengganti syal. Terbukti Indonesia malah terkagum dengan kreatifitas dan atraksi Aremania. Bayangkan sendiri saja, saat Tim Nasional Indonesia bertanding saja seluruh supporter tidak menggunakan atribut bendera merah putih seperti apa yang di lakukan Aremania dalam menjalani hukuman.
Kembali ke awal, pada musim ini hukuman-hukuman itu jarang di terima. Meskipun mendapatkan hukuman tetapi wajar dan tidak mengada-ada serta intensitas hukumannya pun jauh berkurang. Entah karena hilangnya nama “unlucky” itu atau tidak yang jelas Arema dan Aremania saat ini menunjukkan grafik yang signifikan.
Sebagai calon terkuat juara Liga Super Indonesia yang di perkirakan hampir 99% pasti di raih, dan juga telah setengah langkah lagi manjadi yang terbaik di ajang Piala Indonesia.
Tapi di samping faktor “lucky” dan “unlucky” itu tadi, kita semua tentunya patut mengacungi banyak-banyak jempol buat “meneer” Robert. Bagaimana tidak, materi tim Arema seadanya yang didominasi dengan mayoritas pemain usia muda di sulap menjadi tim tangguh bermental juara. Hanya mengandalkan pemain bintang Timnas Singapura, Noh “Along” Alam shah dan Ridhuan Muhammad, serta “alumnus” pemain di piala dunia Pierre Njanka. Arema Indonesia saat ini bahkan malah melahirkan pemain-pemain muda berkualitas yang pantas menjadi bagian dari Tim Nasional Indonesia kelak semacam Kurnia Meiga, Purwaka, Dendy Santoso, Irfan Raditya, Beny Wahyudi dan masih banyak lainnya.
Sekarang yang mesti kita lakukan bersama sebagai Aremania adalah mendukung Arema Indonesia. Entah dengan selalu datang di stadion, atau dengan doa, dan lainnya agar gelar juara bisa di realisasikan secepatnya!!
So, thank you very much mister “Meneer” Robert Rene Alberts!!!!
terima kasih untuk semua awak tim Arema Indonesia
dedikasimu untuk Arema Indonesia secara khusus tak akan terlupakan, serta untuk kemajuan persepak bolaan Indonesia pada umumnya..
“Peace with football, damai dengan bola,” (slogan Robert Rene Alberts untuk Indonesia)
“Salam satu jiwa” dari Arema untuk Indonesia tercinta…